Tips olah tubuh bagi penderita diabetes. Olahraga merupakan bagian yang penting dalam pengobatan penderita diabetes karena bisa membantu penderita untuk meningkatkan kesensitifan insulin, menurunkan risiko terkena gangguan jantung, mengontrol berat badan, dan meningkatkan kesehatan mentalnya. Agar seorang penderita diabetes bisa berlatih dengan nyaman, maka olahraga harus disesuaikan dengan tingkat kesehatan dan kebugaran serta umur.
Ketika orang non-diabetes berlatih, maka pada saat itu kadar hormon insulin akan menurun dan hormon glukagon (hormon yang mengubah gula di dalam otot) akan meningkat. Penggunaan glukosa (gula darah) oleh otot akan meningkat dan pemecahan glikogen (gula otot) di hati juga akan meningkat.
Adapun pada penderita diabetes, respons insulin akan berbeda. Respons insulin dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya kadar glukosa dalam darah, kadar hormon insulin, jumlah makanan sebelumnya, serta jenis dan intensitas olahraga. Pada saat olahraga, kadar insulin yang meninggi berpotensi untuk terjadi hipoglikemi karena insulin akan memecah glukosa yang ada di otot. Sebaliknya, kadar insulin yang terlalu rendah justru tidak mempunyai kemampuan dalam mengontrol produksi glukosa serta asam lemak bebas.
Olahraga juga bermanfaat untuk mencegah kegemukan, terlebih di daerah perut yang dapat menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin itu, gula darah sulit masuk ke dalam sel sehingga gula di dalam darah tetap tinggi (hiperglikemi) dan terjadilah diabetes, khususnya diabetes tipe-2. Jadi logika sederhananya adalah; dengan mengurangi kegemukan dan menurunkan lemak, risiko diabetes akan berkurang.
Pada saat istirahat, metabolisms otot hanya membutuhkan sedikit glukosa sebagai sumber energi. Namun saat berolahraga, glukosa dan lemak merupakan sumber utamanya. Setelah berolahraga selama 10 menit, dibutuhkan glukosa 15 kalinya dibanding pada saat istirahat.
Secara lebih khusus yang terjadi pada penderita DM tipe-1, karena produksi insulin yang terganggu atau bahkan tidak ada, maka olahraga tidak begitu besar mempengaruhi kadar gula darah, tetapi keuntungan yang lainnya adalah mengurangi risiko penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah perifer. Perlu diwaspadai, mengalami defisiensi insulin yang berat, dengan berolahraga akan menyebabkan gangguan metabolik yang lebih berat (terjadi hiperglikemia dan keracunan keton di darah).
Pada penderita DM tipe-2, olahraga jasmani berperan dalam pengaturan glukosa darah. Pada penderita DM tipe-2, produksi insulin tidak terganggu tetapi masih kekurangan respons reseptor pada sel terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel. Pada saat berolahraga, permeabilitas membran sel terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi sehingga gula darah lebih mudah masuk dan resistensi insulin berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan insulin berkurang. Respons ini bukan merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama. Respons ini hanya terjadi setiap kali berolahraga. Karena itu, hendaknya olahraga dilakukan secara berkelanjutan dan terns menerus.
Syarat utama yang harus dipegang sebelum melakukan olahraga adalah gula darah di bawah 250mg/dl, sedangkan penderita diabetes dengan gula darah diatas 250mg/dl tidak boleh berolahraga. Mengapa? Karena saat berolahraga, tubuh membutuhkan tenaga. Semakin banyak berolahraga, semakin banyak tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh. Kebutuhan tenaga yang datang dalam jumlah banyak ini memaksa tubuh untuk’ menghasilkan tenaga dari simpanan. Oleh karena insulin sedang bermasalah dan tidak dapat bekerja secara optimal, tubuh mengambil energi dari lemak dan glukosa yang ada di hati. Kedua sumber tenaga tersebut menyebabkan kadar gula darah meningkat dengan sangat cepat.
Tips olah tubuh bagi penderita diabetes
Olahraga yang balk untuk penderita diabetes adalah olahraga yang bersifat aerobik, terus menerus, ritmikal, dan progresif.
- Aerobik; olahraga yang gerakannya tidak hanya melibatkan satu otot tertentu, tetapi melibatkan semua otot-otot besar.
- Terus menerus; olahraga yang dilakukan secara terus menerus dan bukan sekali waktu seperti angkat besi. Latihan harus berkesinambungan, terus menerus tanpa berhenti dalam waktu tertentu. Jadi, hindari olahraga dengan sistem jalan-istirahat-lalu jalan lagi.
- Ritmikal; olahraga yang gerakannya berirama, yakni otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur, seperti jalan kaki, berlari, berenang, bersepeda, atau mendayung.
- Progresif, olahraga yang bisa dilakukan secara bertahap yakni dimulai dengan pemanasan, olahraga inti, dan pendinginan, dan tentu saja dari kemampuan ringan sampai sedang.
- Endurance (daya tahan); olahraga harus ditujukan pada latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan pernapasan dan jantung. Hal ini dipenuhi oleh olahraga seperti jalan kaki, berlari, berenang, bersepeda, atau mendayung.
Melihat prinsip tersebut, tampak bahwa main tenis, golf dan bulu tangkis tidak memenuhi syarat-syarat di atas karena akan banyak aktivitas berhentinya. Karena kebutuhan olahraga setiap orang berbeda, maka tentu porsi olahraga juga berbeda. Porsi olahraga untuk penyandang diabetes haruslah bergantung pada intensitas, durasi, dan frekuensi.
- Intensitas; kualitas olahraga yang diukur dengan jumlah denyut nadi atau target sasaran (TNS): TNS=70%-80% (220–usia).
- Durasi; lamanya olahraga yang ideal adalah 20-30 menit.
- Frekuensi; olahraga sebaiknya dilakukan selang-seling sebanyak 3-5 kali dalam seminggu. Ini dilakukan karena manfaat olahraga bagi tubuh yang diperoleh dari olahraga akan menurun setelah 48 jam.
Misalnya, pada usia 55 tahun ini, TNS-nya adalah:
TNS = 70%-80% dari (220-55)
= 70%-80% dari 165
115-132 kali per menit atau 19-22 kali per 10 detik.
Tips olah tubuh bagi penderita diabetes
Itulah tips olah tubuh bagi penderita diabetes, semoga bermanfaat.